Rabu, 14 Maret 2012

Teknologi T-Shirt yang Memungkinkan Anda Memainkan Gitar Virtual!

Para penggemar berat Jimi Hendrix dan Jimmy Page tentunya sering meniru gaya kedua musisi tersebut saat sedang memainkan gitar mereka. Perilaku ini sesuatu yang wajar apalagi saat seseorang sedang terhanyut saat mendengarkan salah satu lagu favoritnya. Bagaimana jika ekspresi tersebut dapat menghasilkan nada-nada sungguhan tanpa memerlukan gitar asli ataupun gitar tiruan? Anda hanya membutuhkan sebuah T-shirt.

 
foto: Dailymail

Generasi gitar selanjutnya tidak dipasarkan dengan bentuk bersenar dan membutuhkan amplifier. Sebuah gitar diselipkan di sebuah t-shirt spesial! Teknologi ini didesain oleh FauvelKhan, dua arsitek lulusan Universitas Swansea yang akhirnya menggandeng industri garmen yang dijalankan Fender dan Gibson untuk mengaplikasikannya ke dalam sebuah kaos. Teknologi ini memungkinkan Anda seakan memainkan gitar sungguhan!

Penasaran dengan cara kerja kaos tersebut? Gambar instrumen yang ada di kaos tersebut dideteksi komputer melalui sebuah barcode yang terletak di tengah instrumen. Barcode tersebut akan “di-scan” oleh webcam dan dihubungkan langsung ke sebuah software khusus yang akan “menangkap” setiap gerakan tangan pengguna yang disesuaikan dengan nada yang ditampilkan di layar. Selanjutnya, sistem permainan ini hampir sama dengan Guitar Hero.
Awalnya, ide ini dikembangkan oleh para bos, Luke Khan dan Warren Fauvel, sebagai kaos promosi untuk band The Last Republic. Penemuan ini berhasil menjadi nominasi di ajang SXSW Accelerator untuk kategori Music Related Technologies di Austin, Texas.

Sumber: www.jagatreview.com

Microsoft Ciptakan Universal Translator untuk 26 Bahasa

Sepertinya, sebentar lagi tidak hanya James T. Kirk saja yang bisa berbicara dengan makhluk lain yang memiliki bahasa yang berbeda darinya. Atau, jika kita mau berbicara contoh nyatanya, kita tidak perlu lagi menunggu jeda yang cukup jauh sampai akhirnya mendengarkan hasil translasi dari sebuah seminar atau konferensi yang bahannya disampaikan oleh penutur bahasa lain melalui sebuah perangkat menyerupai mikrofon yang ditempelkan di telinga sepanjang pidato berlangsung. Berterima kasihlah kepada Microsoft!


Sebuah software akan berfungsi layaknya universal translator yang digunakan James T. kirk untuk berkomunikasi dengan alien.

Software ini diberi nama Universal Translator. Penciptanya, Frank Soong dan Rick Rashid, menyatakan bahwa software ini mampu mengonversi pidato yang disampaikan dalam bahasa Inggris ke dalam 26 bahasa dengan menggunakan suara sang pembaca pidato. Menariknya, software ini akan menerjemahkan dalam satuan kalimat, bukan satuan kata—yang biasanya masih terjadi dalam terjemahan yang dihasilkan Google Translate.

Sayangnya, suara yang dihasilkan software ini masih terdengar sangat teknis. Namun begitu, Soong dan Rashid tetap optimis bahwa software ini akan diminati banyak orang, terutama para turis dan pelajar yang sedang berada di luar negaranya dan hanya menguasai bahasa Inggris selain bahasa ibunya.

Secara teori, software ini nantinya bisa disertakan di dalam smartphone yang berarti akan semakin memudahkan pengguna melakukan translasi langsung dari genggaman dan hanya dengan sekali tekan.

Sumber: www.jagatreview.com

Stimulasi Magnetik ke Otak Mengurangi Tingkat Kebohongan

Pernahkah Anda menonton serial Lie To Me? Tokoh utama dalam serial produksi Fox ini, Cal Lightman, memanfaatkan ekspresi wajah dan bahasa tubuh untuk mendeteksi kebohongan. Menurut serial ini, metode tersebut sulit untuk dipelajari, tetapi lebih efektif dibanding menggunakan alat pendeteksi kebohongan konvensional. Dua ilmuwan asal Estonia justru melakukan penelitian untuk mengurangi tingkat kebohongan yang secara otomatis akan menghilangkan kebutuhan penggunaan alat atau metode di atas.


Inga Karton dan Talis Bachmann mengadakan sebuah penelitian untuk membuktikan hubungan antara kebohongan dengan bagian otak Dorsolateral Prefrontal Contex (DPC). Mereka mengumpulkan 16 sukarelawan yang mengikuti prosedur Transcranial Magnetic Stimulation (TMS), sebuah alat yang menstimulasi bagian tertentu dari otak dengan menggunakan magnet. Sama seperti bagian otak lainnya, DPC terbagi menjadi dua bagian, kiri dan kanan. Setengah dari sukarelawan mendapatkan stimulasi TMS di bagian kanan DPC dan setengah lainnya mendapat stimulasi di bagian kiri.

Sejumlah gambar ditunjukkan kepada dua grup sukarelawan tersebut. Mereka diminta untuk mendeskripsikan sebagian gambar dengan jujur dan sebagian lainnya dengan berbohong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa grup yang mendapat stimulasi di bagian kiri DPC menjadi lebih sulit berbohong. Sebaliknya, grup yang mendapat stimulasi di bagian kanan DPC menjadi lebih sering berbohong.

Karton dan Bachmann mengatakan bahwa mereka belum mendapatkan data yang cukup untuk menggeneralisasikan hasil penelitian ini. Apalagi kebohongan yang diungkapkan oleh para sukarelawan tidak mengandung informasi yang krusial sehingga tidak dapat menggambarkan proses berbohong yang sesungguhnya. Namun, setidaknya penelitian ini menunjukkan potensi pengurangan kebohongan ataupun kebutuhan akan alat pendeteksi kebohongan bagi para penegak hukum.

Sumber: www.jagatreview.com

Algoritma ITS Baru Dapat Mengurangi Tingkat Kecelakaan

Peran manusia di berbagai bidang industri secara perlahan digantikan oleh mesin dan komputer. Dari pekerjaan seperti penyedia tiket parkir hingga bagian pengemasan di pabrik, semuanya sudah mulai beralih menggunakan jasa komputer. Kini, para peneliti dari MIT menunjukkan sebuah potensi penggunaan teknologi komputer untuk mengemudikan kendaraan. Dengan kata lain, konsep cerita yang disuguhkan dalam manga berjudul eX-Driver bisa saja terwujud di masa depan. Manusia tidak lagi mengemudikan mobil, tetapi komputer yang mengemudikan mobil untuk manusia.


Rajeev Verma dan Domitilla Del Vecchio, peneliti dari MIT, menggunakan sebuah sistem bernama ITS (Intelligent Transportation System). Pada dasarnya, ITS merupakan sebuah sistem keamanan yang bertujuan untuk menghindari terjadinya tabrakan. Hal ini terwujud dengan adanya kelengkapan seperti cruise control otomatis, radar atau sensor yang membantu mengurangi kecepatan mobil saat mendekati mobil lain, sistem peringatan dalam blind-spot pengemudi, serta traction control dan stability assist.Sistem ini telah banyak digunakan dalam produksi mobil-mobil terbaru, tetapi hingga saat ini masih bergantung pada kemahiran pengemudinya dalam menghindari kecelakaan. Para peneliti dari MIT sedang mengembangkan sebuah algoritma ITS yang memungkinkan sistem tersebut mengambil alih gerak kendaraan demi menghindari terjadinya kecelakaan.

Del Vecchio dan Verma melakukan percobaan algoritma ITS dengan menggunakan dua kendaraan mini dalam satu lintasan berliku. Satu kendaraan dikontrol oleh komputer dan satu lagi dikontrol oleh manusia. Percobaan ini diikuti oleh delapan orang sukarelawan dan 100 kali percobaan. Dari semua percobaan tersebut, 97 di antaranya menunjukkan keberhasilan algoritma ITS dalam menghindari terjadinya tabrakan. Apabila algoritma ITS ini berhasil dikembangkan dan dapat digunakan dalam kendaraan di jalan, nampaknya beberapa dekade ke depan, jumlah kecelakaan dapat berkurang secara signifikan.

Sumber: www.jagatreview.com

Toko Virtual Home Plus: Berbelanja Sambil Menunggu Subway

Setelah lelah bekerja selama lima atau enam hari penuh, akhir pekan menjadi waktu yang ideal untuk beristirahat dan menyegarkan pikiran kembali. Namun, kebutuhan hidup mendesak mereka untuk mengorbankan waktu istirahat di akhir pekan untuk berdesak-desakan di toko untuk berbelanja. Online shopping pun menjadi salah satu solusi yang banyak digunakan.


Berbeda dengan konsep online shopping pada umumnya, perusahaan retail terkemuka di Eropa, Tesco, dan toko Home Plus mereka di Korea Selatan menyediakan alternatif berupa toko virtual. Jika online shopping mengharuskan pelanggan untuk mengakses situs toko dan memilih barang kebutuhan mereka secara online, toko virtual ini memaksimalkan penggunaan aplikasi dalam smartphone.
Home Plus menempelkan gambar jajaran barang kebutuhan sehari-hari yang mereka tawarkan di tembok stasiun subway di Korea Selatan. Deretan gambar barang kebutuhan tersebut ditempelkan dengan gaya yang memimik rak-rak barang di toko. Setiap gambar dilengkapi dengan QR Code yang dapat difoto dengan aplikasi smartphone Home Plus. Secara otomatis barang tersebut akan dimasukkan ke dalam keranjang belanja virtual. Barang-barang yang telah masuk ke dalam keranjang belanja virtual Home Plus akan dikirimkan langsung ke rumah pelanggan di waktu yang telah mereka tentukan sebelumnya.

Konsep toko virtual Home Plus ini membantu pelanggan dalam memaksimalkan penggunaan waktu luang mereka saat menunggu subway. Selain itu, mereka juga tidak perlu lagi menghabiskan waktu istirahat mereka dengan berbelanja langsung di toko. Mengingat jumlah pengguna smartphone dan tingkat kemacetan lalu lintas yang terus bertambah, konsep toko virtual ini seharusnya dapat dicontoh dan diaplikasikan di Indonesia.

Sumber: www.jagatreview.com

Ponsel Masa Depan Dapat Mendeteksi Penyakit?

Memeriksakan kesehatan ke rumah sakit atau khususnya laboratorium memerlukan biaya yang tidak sedikit. Nah, bagaimana jika suatu hari nanti Anda bisa mengecek kondisi kesehatan Anda sendiri dari kursi malas Anda di ruang tamu?

Kita sedikit lagi menuju era teknologi di mana pemeriksaan kesehatan tidak harus membuat kita harus mengantri di rumah sakit dan mengeluarkan biaya yang cukup mahal untuk membayar laboratorium. Sebuah tim peneliti di Korea Selatan sedang mengembangkan sebuah teknologi yang memungkinkan ponsel untuk mendeteksi penyakit seseorang, mulai dari kanker hingga diabetes, hanya dengan tetesan darah atau air liur.


Nantinya, ponsel berlayar sentuh dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit hanya dengan meneteskan darah atau air liur.

Pada dasarnya, teknologi ini dikembangkan berdasarkankapasitas ponsel berlayar sentuh untuk mendeteksi sinyal elektrik yang dihasilkan dari sentuhan jari. Kemampuan tersebut disebut sensitivitas kapasitas”. Profesor Park Hyun-Gyu menyatakan bahwa biomolekul, molekul yang diproduksi oleh penyakit, mengirimkan sinyal yang sama seperti sinyal yang dikenali oleh ponsel berlayar sentuh. “Jika Anda memiliki tipe DNA atau protein tertentu, layar sentuh tersebut akan bereaksi layaknya sinyal elektrik yang dihasilkan oleh jari,” ujarnya.

Teknologi ini masih dalam masa pengembangan sampai akhirnya bisa dirilis secara resmi dan digunakan secara luas. Saat ini, para peneliti menyatakan bahwa penelitian mereka sudah mencapai tahap pendeteksian keberadaan dan konsentrasi dari biomulekul khusus tetapi mereka belum dapat membedakan jenisnya.

Para peneliti yakin bahwa teknologi ini adalah teknologi pertama di dunia dan mereka akan menjadi orang pertama yang mendemonstrasikannya.
Teknologi ini tampaknya akan banyak membantu pengguna ponsel di seluruh dunia untuk mempermudah pendeteksian penyakit dan memangkas biaya pemeriksaan di rumah sakit.
Apakah Anda tertarik untuk mencari fitur ini di ponsel masa depan Anda?

Sumber: www.jagatreview.com

Mengamankan Ranjau dan Bom, serta Memindahkan Furniture dengan iRobot

Perkembangan teknologi militer yang pesat telah berhasil menghadirkan iRobot. Produk ini tentu saja tidak mengacu kepada film sci-fi yang dibintangi Will Smith pada tahun 2004 silam, melainkan sebuah robot militer yang dibangun khusus untuk mengamankan ranjau dan bom. Robot ini dapat melaju dengan kecepatan maksimum 13 km/jam dan dapat dikontrol secara remote hingga jarak 792 meter. Kemampuan ini memastikan kecepatan iRobot untuk mencapai lokasi ancaman, serta memastikan keamanan pengguna.


Robot berbobot 156 kilogram ini mampu mengangkat beban seberat 100 kilogram dan melarikan beban seberat 68 kilogram, baik menelusuri permukaan yang rata ataupun menaiki tangga. Kemampuan ini membuka sejumlah kemungkinan penggunaan di luar kebutuhan militer. Colin Angle, CEO iRobot, mengatakan bahwa pada tahun 2012 ini mereka melihat adanya kesempatan pertumbuhan di bisnis penggunaan robot untuk kebutuhan rumah tangga.

Tampaknya mengangkut atau memindahkan furniture dari satu ujung ruangan ke ujung lainnya akan menjadi pekerjaan yang ringan. Pengguna hanya perlu mengontrol iRobot menggunakan Aware 2 Robot Intelligence Software yang menampilkan pandangan melalui kamera yang terpasang di tubuh robot, serta animasi 3D yang memberi gambaran posisi iRobot dari setiap sudut.
Selain bobot iRobot, satu hal lainnya yang tidak ringan adalah biaya yang harus dikeluarkan konsumen untuk mendapatkan teknologi ini. iRobot rencananya akan diterjunkan ke pasaran pada bulan semi tahun ini dengan harga yang mencapai angka jutaan poundsterling (tidak ada informasi mendetail mengenai harga).

Sumber: www.jagatreview.com

Peneliti Menemukan Cara untuk Membuat Tuna Netra “Melihat” Dunia

Alat yang satu ini mungkin akan membantu para tuna netra untuk “melihat” dunia. Sebuah penelitian lanjutan dilakukan oleh sekelompok peneliti Israel yang berhasil mengembangkan sebuah alat yang menggunakan suara untuk membuka korteks visual para tuna netra dan memungkinkan mereka untuk “melihat”.
 
Alat yang bernama The Sensory Substitution Device ini sebenarnya telah ditemukan oleh seorang peneliti dari Belanda, Dr. Peter Meijer, sejak lebih dari 20 tahun lalu. Alat ini menggunakan alogaritma untuk menerjemahkan posisi dan penampakan sebuah objek ke dalam suara yang berbeda. Dengan hanya beberapa kali pelatihan, pengguna alat ini dapat belajar untuk menginterpretasikan “bentuk suara” untuk menunjukkan kepada mereka bentuk, lokasi, dan posisi orang atau objek lainnya—bahkan termasuk kata tertulis.


Penelitian sebelumnya menemukan bahwa korteks visual mengatur dua jalur paralel, yaitu jalur “apa” yang berhubungan dengan bentuk, identitas, dan warna dan jalur “di mana/bagaimana” yang berfokus ke lokasi objek dan mengoordinasikan data visual dengan fungsi motorik. Menariknya, MRI menunjukkan alat ciptaan Dr. Meijer mengaktifkan jalur-jalur tersebut yang efeknya sama seperti yang terjadi di orang dengan penglihatan normal; membuktikan bahwa pembentukan tugas terpisah yang terdapat di korteks visual sebenarnya tidak memerlukan penglihatan.

Sekarang, tim yang diketuai oleh Dr. Amir Amedi dari Universitas Hebrew di Jerusalem menemukan bahwa suara yang dihasilkan dapat mengaktifkan korteks visual dari kongenital para tuna netra, memberikan kesempatan kepada mereka untuk “melihat”. Studi yang dilakukan tim tersebut merupakan satu dari banyak penelitian yang menyatakan bahwa penglihatan pada umumnya, auditori, atau data hasil rabaan bukanlah hal penting bagi otak untuk menginterpretasikan hal-hal yang sedang terjadi di sekeliling orang yang bersangkutan.

Sumber: www.jagatreview.com

Di Masa Depan, CO2 Bisa Menjadi Pengisi Ulang Baterai Gadget

Saat ini, banyak peneliti yang mencari cara untuk menciptakan listrik. Terbatasnya persediaan listrik di dunia membuat banyak ahli berusaha mencari inovasi lain yang memungkinkan pembentukan listrik dari material lainnya. Misalnya dari energi panas yang dihasilkan kompor BioLite yang juga bisa dimanfaatkan sebagai alat pengisi ulang baterai.
Pencarian tidak akan pernah berakhir. Seorang peneliti dari Rio de Janeiro, Brasil, Joco Paulo Lammoglia, menciptakan sebuah alat unik berbentuk masker yang mengolah udara yang dihirup manusia menjadi energi listrik. Alat yang diberi nama AIRE Mask ini dapat digunakan dalam kondisi apa pun—jogging, berjalan, bekerja, bahkan tidur. Setiap udara yang diembuskan penggunanya akan diolah masker tersebut; menggerakkan turbin-turbin mini di dalamnya yang mengonversi CO2 menjadi energi listrik yang bisa langsung dihubungkan ke perangkat elektronik pengguna.
Sang inventor berharap alat ini bisa mengurangi jejak karbon yang telah mencemari bumi saat ini. Energi ini dipastikan aman dan tidak memiliki dampak negatif untuk lingkungan dan penggunanya. “Dengan menggunakan alat ini, pengguna bisa membantu menjaga lingkungan dan menghemat penggunaan listrik utama,” ujarnya. Selain itu, alat ini juga membantu penggunanya untuk terdorong bergerak lebih banyak (semakin banyak CO2 yang diiembuskan, semakin besar daya listrik yang dihasilkan).
Hingga saat ini, AIRE Mask masih dalam bentuk prototipe dan dalam proses pengembangan lebih lanjut.

Sumber: www.jagatreview.com

ARM Kembangkan Chip Terbaru untuk Perabotan Rumah Tangga yang Lebih Pintar

Di masa depan, mungkin Anda akan dapat mengatur perabotan rumah tangga Anda dari jarak jauh—bahkan ketika Anda berada di luar rumah. Mereka akan dapat diaktifkan dari tempat lain dan akan terhubung dari dunia informasi, yaitu Internet.
Teknologi ini sedang dikembangkan oleh salah satu perusahaan chip terbesar di dunia, ARM. ARM menciptakan prosesor terbaru yang memungkinkan perabotan rumah tangga menjadi lebih pintar dan memudahkan pemiliknya dalam mengoperasikannya. Selain itu, prosesor ini juga akan ditanamkan di sistem penerangan yang akan menyala secara otomatis ketika penghuni rumah ada di dalam rumah dan meredup ketika penghuninya keluar rumah.
Kabarnya, prosesor ARM generasi terbaru ini akan memiliki ukuran yang lebih kecil dengan konsumsi daya yang lebih rendah dan memiliki harga yang jauh lebih murah dari prosesor sebelumnya. Selain itu, prosesor ini juga didesain untuk memungkinkan perabotan rumah tangga terhubung dengan Internet.
Konsep ini disebut sebagai “Internet untuk Segala Hal”. Para ahli memperkirakan bahwa di masa depan perangkat-perangkat akan mampu memberitahukan lokasi dan kegiatan mereka setiap waktu—pengguna mampu mengecek keberadaan perangkatnya melalui Google Maps atau aplikasi penyedia peta lainnya.
Prosesor terbaru ARM—dengan nama kode “Flycatcher”—nantinya juga akan diimplementasikan di meteran parkir dan lampu lalu lintas yang memungkinkan alat-alat tersebut melaporkan kesalahan yang mereka lakukan.

sumber: http://www.jagatreview.com