Selasa, 08 November 2011

Tugas Bahasa Indonesia

Tugas Bahasa Indonesia

1.Unsur Kalimat Dasar Bahasa Indonesia
    Kalimat dibangun dari beberapa unsur, sehingga dari gabungan beberapa unsur tersebut akan dihasilkan suatu kalimat yang jelas dan mengandung arti. Unsur-unsur kalimat adalah :
• Subyek (S)
• Predikat (P)
• Objek (O)
• Keterangan (K)
• Pelengkap (Pel)
Subyek dan predikat merupakan unsur pokok dalam suatu kalimat, obyek merupakan bagian kalimat yang berfungsi melengkapi predikat, dan pelengkap merupakan bagian kalimat yang memiliki kesamaan dengan obyek, sedangkan keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat. Kelima unsur ini tidak selalu bersama-sama ada dalam satu kalimat. Kadang-kadang satu kalimat hanya terdiri dari S – P, S – P - O, S - P- Ket, S – P – O – Ket.
1. Subyek (S)
Subyek merupakan sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan, dibentuk dengan kata benda atau sesuatu yang dibendakan, dan untuk menentukan subyek dari suatu kalimat dapat digunakan kata tanya apa atau siapa di depan predikat.
2. Predikat (P)
Predikat merupakan bagian yang memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri. Memberi keterangan tentang sesuatu yang berdiri sendiri adalah menyatakan apa yang dikerjakan atau dalam keadaan apakah subjek itu. Oleh karena itu, predikat biasanya terjadi dari kata kerja atau kata keadaan. Untuk menentukan predikat dari suatu kalimat dapat digunakan kata tanya mengapa, artinya dalam keadaan apa, bagaimana, atau mengerjakan apa?
3. Objek (O)
Kehadiran suatu objek di dalam suatu kalimat dituntut oleh predikat di dalam suatu kalimat aktif. Letak objek selalu setelah predikat. Objek dapat dikenali dengan memperhatikan jenis predikat yang dilengkapinya dan ciri khas objek itu sendiri.
4. Keterangan (K)
Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling mudah berpindah letak. Keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan bahkan di tengah kalimat. Beberapa macam keterangan yaitu: keterangan tempat, ditandai oleh: di, ke, dari, dalam, pada; keterangan waktu, ditandai oleh: sebelum, sesudah, selama, sepanjang; keterangan alat, ditandai oleh: dengan; keterangan tujuan, ditandai oleh: agar/supaya, untuk, bagi, demi; keterangan cara, ditandai oleh: dengan cara, secara, dengan jalan; keterangan penyerta, ditandai oleh: dengan, bersama, beserta; keterangan perbandingan, ditandai oleh: seperti, bagaikan, laksana; keterangan sebab, ditandai oleh: karena, sebab.
5. Pelengkap
Pelengkap dan objek memiliki kesamaan yaitu bersifat wajib ada karena melengkapi makna verba predikat kalimat, sama- sama menempati posisi di belakang predikat, tidak didahului preposisi. Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap.
Contoh : Orang itu memberikan anaknya tas baru.
Unsur kalimat tas baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.
Contoh Kalimat :
1. Mahasiswa itu (S) menulis (P).
2. Mahasiswa itu (S) menulis (P) buku (O).
3. Mahasiswa itu (S) menulis (P) buku (O) di kamar (ket.tempat).
4. Dosen (S) berdiskusi (P) di aula (Ket.tempat).



2.Perbedaan Diksi Karya Ilmiah,Populer,dan Non-Ilmiah
Perbedaan antara karya ilmiah (skripsi, tesis, desertasi, dan lain-lain),karya populer,dan karya non-ilmiah (cerpen, karya karya fiksi, puisi) terletak pada bahasa penyampaian yang digunakan. Karya tulis ilmiah  ditampilkan dalam bahasa baku dan sangat terikat dengan kaidah bahasa Indonesia resmi. karya ilmiah populer ditampilkan dengan bahasa yang lebih luwes, serta dapat dipahami masyarakat umum.Sementara karya non-ilmiah kita bebas menulisnya, dan tulisan tersebut bisa berdasar atas imajinasi kita atau pikirab kita sendiri, dan tidak ada aturan baku dalam penulisannya.
Dari segi topik bahasan, tulisan ilmiah populer cenderung membahas permasalahan yang berkaitan dengan masyarakat di sekitarnya Berbeda dengan karya tulis ilmiah  yang lebih sering berkutat dalam bidang ilmiah yang jauh dari jangkauan masyarakat awam.
Secara ringkas, ciri-ciri karya ilmiah dapat diuraikan sebagai berikut.
1.   Bahan                  :     Menyajikan fakta yang benar / objektif, dapat dibuktikan
2.   Penyajian             :     Menggunakan bahasa yang cermat (formal dan konkret), sistematis (sesuai dengan langkah kerja).
1.      Sikap Penulis       :     Jujur (tidak berlebih-lebihan atau mengurangi ssuatu); objektif (tidak mengejar keuntungan pribadi).
4.   Penyimpulan        :     berdasarkan fakta dan tidak emotif.
Isi ( batang tubuh ) sebuah karya ilmiah harus memenuhi syarat metode ilmiah. Seperti yang diungkapkan oleh John Dewey, ada 5 langkah pokok proses ilmiah.
1.      Mengenali dan merumuskan masalah
2.      Menyusun kerangka berpikir dalam rangka penarikan hipotesis.
3.      Merumuska hipotesis ( dugaan hasil sementara )
4.      Menguji hipotesis
5.      Menarik kesimpulan
Secara terperinci, ciri – ciri karya ilmiah populer diurutkan sebagai berikut.
1. Bahan                       :     Menyajikan fakta objektif
2. Penyajian                  :     Menggunakan bahasa yang cermat,tidak terlalu formal tapi tetap taat asas, disusun secara sistematis; tidak memuat hipotesis.
3. Sikap Penulis            :     Tidak memancing pertanyaan – pertanyaan yang meragukan, mengimbau perasaan pembaca agar seolah – olah mereka menghindari sendiri.
 4. Penyimpulan            :     memberikan fakta bebicara sendiri sekalipun didahului dengan membimbing dan mendorong pembacanya untuk berpikir tentang aplikasi.
Kalau kita rumuskan, pengertian karya imiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana mengenai hal – hal kehidupan sehari – hari. 
Sedangkan ciri-ciri dari karya non-ilmiah ialah :
  • Non Teknis Konkrit :Informatif, bernada populer, imajinatif,dll
  • .Teknis Umum :Informatif,umum, tidak untuk kepentingan pribadi,masalah
    secara umum,tidak ada ajakan emosional,konkrit,dll
  • Abstrak normal :Informatif, umum, non teknis,Tidak untuk kepentinganpribadi, populer,dll.
  • Spesifik Historis : spesifik,sumber sejarah, bahasa dan susunan formal,dll.
  • Emotif : sedikit informasi, tidak sistematis,dll
  • Persuasif : cukup informatif, penilaian fakta tidak dengan bukti,
    bujukan untuk meyakinkan pembaca,dll
  • Deskriptif : Informasi sebagian imajinatif dan subyektif,pendapat
    pribadi, nampaknya dapat dipercaya.
  • Kritik : Tanpa dukungan bukti :tidak memuat informasi spesifik,
    berprasangka menguntungkan, formal,dll.
3.Syarat Kalimat Efektif

Syarat-syarat dalam kalimat efektif, yaitu :
-) Koherensi
Yaitu hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur ( kata atau kelompok kata ) yang membentuk kata itu. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan tersebut. Ada bagian-bagian kalimat yang memiliki hubungan yang lebih erat sehingga tidak boleh dipisahkan, ada yang lebih renggang kedudukannya sehingga boleh ditempatkan dimana saja, asal jangan disisipkan antara kata-kata atau kelompok-kelompok kata yang rapat hubungannya.
Hal-hal yang merusak koherensi :
a). Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.
b). Kesalahan menggunakan kata-kata depan, kata penghubung, dan sebagainya.
c). Pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata yang maknanya tidak tumpang tidih, atau hakekatnya mengandung kontradiksi.
d). Kesalahan menempatkan keterangan aspek (sudah, telah., akan, belum, dan sebagainya) pada kata kerja tanggap.

-) Kesatuan
Syarat kalimat efektif haruslah mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus memiliki unsure-unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek, keterangan, dan unsure-unsur subyek, predikat, obyek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan keterpautan arti yang merupakan cirri keutuhan kalimat.
-) Kehematan
Kehematan yang dimaksud berupa kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan. Berikut unsur-unsur penghematan yang harus diperhatikan:
1. Frase pada awal kalimat
Contoh : sulit untuk menentukan diagnosa jika keluhan hanya berupa sakit perut, menurut para ahli bedah.
2. Pengurangan subyek kalimat
Contoh: – Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan. (salah)
) Keparalellan
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

-) Penekanan
gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi. Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberikan penekanan yaitu :
1. Posisi dalam kalimat
Untuk memberikan penekanan dalam kalimat, biasanya dengan menempatkan bagian itu di depan kalimat. Pengutamaan bagian kalimat selain dapat mengubah urutan kata juga dapat mengubah bentuk kata dalam kalimat.
Contoh : – Salah satu indikator yang menunjukkan tak efesiennya Pertamina, menurut pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak.
Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak adalah salah satu indikator yagn menunjukkan tidak efisiennya Pertamina. Demikian pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes.
2. Urutan yang logis
Sebuah kalimat biasanya memberikan sebuah kejadian atau peristiwa. Kejadian yang berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis. Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang makin lama makin penting atau dengan menggambarkan suatu proses.
Contoh : – Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis.

-) Kevariasian
Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.
a). Cara memulai
1. Subyek pada awal kalimat.
Contoh: – Bahan biologis menghasilkan medan magnetis dengan tiga cara.
  1. Predikat pada awal kalimat (kalimat inversi sama dengan susun balik)
Contoh: – Turun perlahan-lahan kami dari kapal yang besar itu.
  1. Kata modal pada awal kalimat
Dengan adanya kata modal, maka kalimat-kalimat akan berubah nadanya, yang tegas menjadi ragu tau sebaliknya dan yagn keras menjadi lembut atau sebaliknya.
Untuk menyatakan kepastian digunakan kata: pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali, dan sebagainya.
Untuk menyatakan ketidakpastian digunakan : mungkin, barangkali, kira-kira, rasanya, tampaknya, dan sebagainya.
Untuk menyatakan kesungguhan digunakan: sebenarnya, sesungguhnya, sebetulnya, benar, dan sebagainya.
Contoh: – Sering mereka belajar bersama-sama.
b). Panjang-pendek kalimat.
Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik atau efektif, kalimat panjang tidak selalu rumit. Akan sangat tidak menyenangkan bila membaca karangan yang terdiri dari kalimat yang seluruhnya pendek-pendek atau panjang-panjang. Dengan menggabung beberapa kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara terasa hubungan antara kalimat menjadi lebih jelas, lebih mudah dipahami sehingga keseluruhan paragraf merupakan kesatuan yang utuh.
c). Jenis kalimat.
Biasanya dalam menulis, orang cenderung menyatakannya dalam wujud kalimat berita. Hal ini wajar karena dalam kalimat berita berfungsi untuk memberi tahu tentang sesuatu. Dengan demikian, semua yang bersifat memberi informasi dinyatakan dengan kalimat berita. Tapi, hal ini tidak berarti bahwa dalam rangka memberi informasi, kalimat tanya atau kalimat perintah tidak dipergunakan, justru variasi dari ketiganya akan memberikan penyegaran dalam karangan.
d). Kalimat aktif dan pasif.
Selain pola inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat majemuk dan setara, maka pada kalimat aktif dan pasif dapat membuat tulisan menjadi bervariasi.
e). Kalimat langsung dan tidak langsung.
Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah ucapan-ucapan yang bersifat ekspresif. Tujuannya tentu saja untuk menghidupkan paragraf. Kalimat langsung dapat diambil dari hasil wawancara, ceramah, pidato, atau mengutip pendapat seseorang dari buku.

4.Ragam Bahasa 
   Sifat ragam bahasa adalah sebagai berikut :
 1. Baku

Ragam bahasa ilmu harus mengnikuti kaidah-kaidah bahasa baku, yaitu dalam ragam tulisan menggunakan ejaan yang baku yakni EYD, dan dalam ragam lisan menggunakan ucapan yang baku, menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau sudah di bakukan.
Contoh :
Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain sebagainya, maka proyek pembangunan sarana telekomunikasi Indonesia bagian  timur kita terpaksa serahkan kepada pengusaha asing.(tidak baku)
 Perbaikan :
Karena kekurangan modal, tenaga, dan lain-lain, maka proyek pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia timur terpaksa kita serahkan kepada pengusaha asing. (baku) 


2. Denotatif
Kata-kata dan istilah yang digunakan haruslah bermakna lugas, bukan konotatif dan tidak bermakna ganda.
Contoh :
Sampe saat ini masyarakat desa Bojong Soang belum memperoleh yang memadai. (tidak lugas)
Maksud kalimat diatas tidak jelas karena kata penerangan mengandung makna ganda, yaituinformasi atau listrik.
Perbailkan :
Sampai saat ini masyarakat desa Bojong soang belum memperoleh informasi yang memadai
Atau
Sampe saat ini masyarakat desa Bojong soang belum memperoleh listrik yang memadai.


3. Berkomunikasi dengan pikiran daripada perasaanRagam bahasa ilmu lebih bersifa ttenang, jelas, tidak berlebih-lebihan ata uhemat, dan tidak emosional.
Contoh:
Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal, atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami gangguan. (tidakefisien).
Perbaikan:
Sebaiknyaletakkampustidakberdekatandengantempat-tempatyang ramaisupayakegiatanbelajartidakterganggu. (efisien)

4.Kohesif
Agar tercipta hubungan gramatik antara unsur-unsur, baik dalam kalimat maupun dalam alinea, dan juga hubungan antar alinea yang satu dengan alinea yang lainnya bersifat padu maka digunakan alat-alat penghubun. seperti kata-kata penunjuk, dan kata-kata penghubung.
5.Koheren
Semua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu makna atau ide pokok.
6.Mengutamakan Kalimat Pasif
Contoh:
Penulis melakukan penelitian ini di laboratorium.
Perbaikan:
Penelitian ini dilakukan di laboratorium.

7.Konsisten
Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-tanda, dan juga penggunaan kata ganti diri.

8.Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.
Contoh:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi juga akan menguap. (tidaklogis)
Perbaikan:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi bensn itu akan menguap.

9.Efektif
Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh penutur atau oleh penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca.

10.Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
Contoh:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup dalam.
Perbaikan:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan kedalaman satu meter.




ALINEA ATAU PARAGRAF

1.Pengertian Alinea/Paragraf
   Paragraf/Alinea adalah suatu bagian dari bab pada sebuah karangan atau karya ilmiah yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan baris baru. Paragraf dikenal juga dengan nama lain alinea. Paragraf dibuat dengan membuat kata pertama pada baris pertama masuk ke dalam (geser ke sebelah kanan) beberapa ketukan atau spasi. Demikian pula dengan paragraf berikutnya mengikuti penyajian seperti paragraf pertama.

2.Syarat-syarat Paragraf
 Di setiap paragraf harus memuat dua bagian penting, yakni :
1. Kalimat Pokok
Biasanya diletakkan pada awal paragraf, tetapi bisa juga diletakkan pada bagian tengah maupun akhir paragraf. Kalimat pokok adalah kalimat yang inti dari ide atau gagasan dari sebuah paragraf. Biasanya berisi suatu pernyataan yang nantinya akan dijelaskan lebih lanjut oleh kalimat lainnya dalam bentuk kalimat penjelas.
2. Kalimat Penjelas
Kalimat penjelas adalah kalimat yang memberikan penjelasan tambahan atau detail rincian dari kalimat pokok suatu paragraf.
 
Selain dua hal diatas syarat paragraf yang baik juga harus terdapat kepaduan paragraf, kesatuan paragraf, dan kelengkapan paragraf.
1. Kepaduan paragraf
Langkah-langkah yang harus kita tempuh adalah adanya kemampuan untuk merangkai kalimat sehingga berkaitan satu sama lain sehingga logis dan serasi. Lalu gunakanlah kata penghubung yang dapat membuat kalimat saling berkaitan. Terdapat dua jenis kata penghubung, yaitu kata penghubung intrakalimat dan kata penghubung antarkalimat. Intrakalimat yaitu kata yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat, contohnya: karena, sehingga, tetapi, dsb. Sedangkan antarkalimat yaitu kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya, contohnya: oleh karena itu, jadi, kemudian dan sebagainya.

Contoh : Remaja mempunyai banyak potensi untuk dikembangkan. Remaja terkadang tidak menyadari bahwa ia memiliki banyak kelebihan yang bisa digali dan diberdayakan guna menyongsong masa depan. Mereka perlu bantuan untuk dimotivasi dan diberi wawasan. Anak-anak muda lewat potensinya adalah penggengam masa depan yang lebih baik dari para pendahulunya.

2. Kesatuan paragraf

Syarat yang kedua adalah kesatuan paragraf. Yang dimaksud kesatuan adalah tiap pargaraf hanya mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Kalimat utama yang diletakkan di awal paragraf biasa kita sebut dengan paragraf deduktif, sedangkan kalimat utama yang diletakkan di akhir paragraf biasa kita sebut dengan paragraf induktif. Adapun ciri-ciri dalam membuat kalimat utama, yakni kalimat yang dibuat harus mengandung permasalahan yang berpotensi untuk diperinci atau diuraikan lebih lanjut. Ciri-ciri lainnya yaitu kalimat utama dapat dibuat lengkap dan berdiri sendiri tanpa memerlukan kata penghubung, baik kata penghubung antarkalimat maupun kata penghubung intrakalimat.

Contoh paragraf deduktif
PBB menetapkan 12 Agustus sebagai hari Remaja Internasional. Pencetus gagasan ini ialah para menteri sedunia yang menangani masalah remaja di portugal 1998. Tujuannya guna memicu kesadaran remaja untuk memahami masalah sosial budaya, lingkungan hidup, pendidikan dan kenakalan remaja.

Contoh paragraf induktif
Kalau ditanya rencana masa depan, banyak remaja menjawab asal-asalan. Mereka tidak punya greget dalam menatap masa depan, mereka sebagai air, mengikuti aliran tanpa berperan mengarahkan air itu. Tanpa motivasi, tanpa perencanaan yang jelas. Mereka yang pesimis, harapan masa depannya pun rendah.

3. Kelengkapan paragraf
Sebuah paragraf dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjukan pokok pikiran atau kalimat utama. Ciri-ciri kalimat penjelas yaitu berisi penjelasan berupa rincian, keterangan, contoh dll. Selain itu, kalimat penjelas berarti apabila dihubungkan dengan kalimat-kalimat di dalam paragraf. Kemudian kalimat penjelas sering memerlukan bantuan kata penghubung, baik kata penghubung antarkalimat maupun kata penghubung intrakalimat.


Bagian-Bagian Suatu Paragraf yang Baik
A. Terdapat ide atau gagasan yang menarik dan diperlukan untuk merangkai keseluruhan tulisan.
B. Kalimat yang satu dengan yang lain saling berkaitan dan berhubungan dengan wajar.

3.Macam-macam Paragraf 
Macam-macam paragraf itu ada tiga yaitu :
1. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka merupakan bagian dari sebuah wacana atau karangan yang paling pertama kita temui. oleh karena situ, sebaiknya paragraf pembuka itu disusun secara menarik agar memunculkan rasa ingin tahu kepada para pembaca. Dalam paragraf pembuka sangat diharapkan dapat membimbing para pembaca untuk memasuki suatu jalan cerita atau isi dari wacana atau dengan kata lain alinea pembuka ini menyiapkan para pembaca untuk memasuki paragraf isi. Rumusan paragraf pembuka yang baik akan menjadi pedoman untuk pengembangan karangan menuju tingkat selanjutnya. Dengan pedoman itu maka akan tercapainya suatu kepaduan pada dalam sebuah wacana atau karangan.

2. Paragraf Isi
Paragraf isi merupakan suatu ide pokok beserta pengembangannya dalam sebuah wacana atau karangan. Oleh karena itu, paragraf isi merupakan bagian yang esensial dalam suatu wacana atau karangan. Maksudnya adalah paragraf isi menjelaskan dengan cara menguraikan bagian-bagian ide pokok tersebut. Dalam menjelaskannya harus disusun dengan berurutan dan sesuai dengan asas-asas penalaran yang masuk akal atau logis.

3. Paragraf Penutup
Paragraf penutup merupakan paragraf yang mengakhiri atau menutup suatu wacana atau karangan. Paragraf ini merupakan kebulatan dari masalah-masalah yang dikemukakan pada bagian wacana atau karangan sebelumnya. Selain itu paragraf penutup juga harus mengandung kesimpulan yang benar-benar mengakhiri uraian wacana atau karangan tersebut. Karena bertugas untuk mengakhiri suatu wacana, maka paragraf penutup yang baik ialah yang tidak terlalu panjang, tetapi juga tidak terlalu pendek. Akan tetapi, paragraf penutup harus menimbulkan kesan tersendiri bagi para pembaca.

Untuk menciptakan sebuah wacana atau karangan yang baik diperlukan ketiga aspek tersebut agar para pembaca dapat membaca dan mengerti arti dari wacana atau karangan yang kita buat. Selain itu kita harus membaca terlebih dahulu wacana atau karangan yang kita buat agar kita tahu dimana letak kesalahan kita supaya kita dapat memperbaiki tau merevisi karangan kita sebelum dibaca oleh banyak orang.


RAGAM BAHASA INDONESIA


1. Sifat-Sifat Ragam Bahasa Ilmu
2. Kesalahan Umum Berbahasa Indonesia


Bab I.  Ragam Bahasa Indonesia

Ragam bahasa indonesia terbagi atas lima bagian, yaitu :
  • Tempat : Dialek Jakarta, dialek Manado, dsb.
  • Penutur : Golongan Cedekiawan dan bukan golongan Cedekiawan.
  • Sarana : Ragam Lisan dan Ragam Tulisan.
  • Bidang Penggunaan : Ragam Ilmu, Ragam Surat Kabar, dsb.
  • Suasana Penggunaan : Ragam Resmi dan Ragam Santai.
Sifat Ragam Bahasa Ilmu :
  1. Baku
  2. Konotatif
  3. Berkomunikasi dengan pikiran bukan dengan perasaan.
  4. Kohesif
  5. Koheren
  6. Mengutamakan kalimat pasif
  7. Konsisten
  8. Logis
  9. Efektif
  10. Kuantitatif
1. Baku
Ragam bahasa ilmu harus mengnikuti kaidah-kaidah bahasa baku, yaitu dalam ragam tulisan menggunakan ejaan yang baku yakni EYD, dan dalam ragam lisan menggunakan ucapan yang baku, menggunakan kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau sudah di bakukan.
Contoh :
Dikarenakan kekurangan dana, modal, tenaga ahli, dan lain sebagainya, maka proyek pembangunan sarana telekomunikasi Indonesia bagian  timur kita terpaksa serahkan kepada pengusaha asing.(tidak baku)
 Perbaikan :
Karena kekurangan modal, tenaga, dan lain-lain, maka proyek pembangunan sarana telekomunikasi di Indonesia timur terpaksa kita serahkan kepada pengusaha asing. (baku) 


2. Denotatif
Kata-kata dan istilah yang digunakan haruslah bermakna lugas, bukan konotatif dan tidak bermakna ganda.
Contoh :
Sampe saat ini masyarakat desa Bojong Soang belum memperoleh yang memadai. (tidak lugas)
Maksud kalimat diatas tidak jelas karena kata penerangan mengandung makna ganda, yaituinformasi atau listrik.
Perbailkan :
Sampai saat ini masyarakat desa Bojong soang belum memperoleh informasi yang memadai
Atau
Sampe saat ini masyarakat desa Bojong soang belum memperoleh listrik yang memadai.


3. Berkomunikasi dengan pikiran daripada perasaanRagam bahasa ilmu lebih bersifa ttenang, jelas, tidak berlebih-lebihan ata uhemat, dan tidak emosional.
Contoh:
Sebaiknya letak kampus tidak dekat dengan pasar, stasiun, terminal, atau tempat-tempat ramai lain-lainnya, sebab jika dekat dengan tempat-tempat ramai seperti itu kegiatan belajar akan mengalami gangguan. (tidakefisien).
Perbaikan:
Sebaiknyaletakkampustidakberdekatandengantempat-tempatyang ramaisupayakegiatanbelajartidakterganggu. (efisien)

4.Kohesif
Agar tercipta hubungan gramatik antara unsur-unsur, baik dalam kalimat maupun dalam alinea, dan juga hubungan antar alinea yang satu dengan alinea yang lainnya bersifat padu maka digunakan alat-alat penghubun. seperti kata-kata penunjuk, dan kata-kata penghubung.
5.Koheren
Semua unsur pembentuk kalimat atau alinea mendukung satu makna atau ide pokok.
6.Mengutamakan Kalimat Pasif
Contoh:
Penulis melakukan penelitian ini di laboratorium.
Perbaikan:
Penelitian ini dilakukan di laboratorium.

7.Konsisten
Konsisten dalam segala hal, misalnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-tanda, dan juga penggunaan kata ganti diri.

8.Logis
Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.
Contoh:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi juga akan menguap. (tidaklogis)
Perbaikan:
Alat itu basah kena bensin, tetapi sebentar lagi bensn itu akan menguap.

9.Efektif
Ide yang diungkapkan sesuai dengan ide yang dimaksudkan baik oleh penutur atau oleh penulis, maupun oleh penyimak atau pembaca.

10.Kuantitatif
Keterangan yang dikemukakan pada kalimat dapat diukur secara pasti.
Contoh:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang yang cukup dalam.
Perbaikan:
Untuk menanam pohon itu, diperlukan lubang dengan kedalaman satu meter.



Bab II. Kesalahan Umum Berbahasa Indonesia
Dalam pemakaian bahasa Indonesia, termasuk bahasa Indonesia ragam ilmiah, sering dijumpai  penyimpangan dari kaidah yang berlaku sehingga mempengaruhi kejelasan pesan yang disampaikan.
Penyimpangan / kesalahan umum dalam berbahasa Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1.Hiperkorek
Hiperkorek adalah kesalahan berbahasa karena “membetulkan” bentuk yang sudah benar sehingga menjadi salah.
Contoh:
  • utang (betul) menjadi hutang (hiperkorek)
  • insaf (betul) menjadi insyaf (hiperkorek)
  • pihak (betul) menjadi fihak (hiperkorek)
  • jadwal (betul) menjadi jadual (hiperkorek)
  • asas (betul) menjadi azas (hiperkorek)
2.Pleonasme
Pleonasme adalah kesalahan berbahasa karena kelebihan dalam pemakaian kata yang sebenarnya tidak diperlukan.
Pleonasme ada tiga macam :
a. Penggunaan dua kata yang bersinonim dalam satu kelompok kata
  • zaman dahulu (benar)
  • dahulu kala (benar)
  • zaman dahulu kala (pleonasme)
b. Bentuk jamak dinyatakan dua kali
  • ibu-ibu (benar)
  • para ibu (benar)
  • parai bu-ibu (pleonasme)
  • tolong-menolong (benar)
  • saling menolong (benar)
  • saling tolong-menolong (pleonasme)
c. Penggunaan kata tugas (keterangan) yang tidak diperlukan karena pernyataannya sudah cukup jelas
Contoh:
  • maju ke depan
  • kambuh kembali

3.Kontaminasi

Istilah kontaminasi dipungut dari bahasa Inggris contamination (pencemaran). Dalam ilmu bahasa, kata itu diterjemahkan dengan ‘kerancuan’. Rancu artinya ‘kacau’ dan kerancuan artinya ‘kekacauan’.
Yang dimaksud kacau ialah susunan unsur bahasa yang tidak tepat, seperti morfem dan kata.
Morfem-morfem yang salah disusun menimbulkan kata yang salah bentuk.
Kata yang salah disusun menimbulkan frase yang kacau atau kalimat yang kacau.
Kontaminasi terjadi karena salah nalar, penggabungan dua hal yang berbeda sehingga menjadi suatu hal yang tumpang tindih.
Contoh kontaminasi imbuhan:
(meng+kesamping+kan) → mengesampingkan (benar)
    (men+samping+kan)   →  menyampingkan (benar)
                                                          ↓
                                             mengenyampingkan
                                                   (kontaminasi)

Contoh kontaminasi frase:
  • Kadang-kadang (benar)
  • Ada kala(nya) (benar)
  • Kadang kala (kontaminasi)
  • Berulang-ulang (benar)
  • Berkali-kali (benar)
  • Berulang kali (kontaminasi)
Contoh kontaminasi kalimat:
  • Rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (benar)
  • Dalam rapat itu, hadir para pejabat setempat. (benar)
  • Dalam rapat itu dihadiri oleh para pejabat setempat. (kontaminasi)
  • Anak-anak dilarang merokok. (benar)
  • Anak-anak tidak boleh merokok. (benar)
  • Anak-anak dilarang tidak boleh merokok. (kontaminasi)
4.Perombakan Bentuk Pasif
Perombakan bentuk pasif ada tiga :
a. Pemakaian awalan di-untuk bentuk pasif yang seharusnya tidak berawalan di-
Contoh:
  • Buku itu dibaca oleh saya. (tidakbaku)
  • Buku itu saya baca. (baku)
  • Buku itu dibaca oleh kamu. (tidakbaku)
  • Buku itu kamu baca. (baku)
b. Penghilangan awalan di-untuk bentuk pasif yang seharusnya menggunakan awalan di-
Contoh:
  • Buku itu dibaca oleh mereka. (baku)
  • Buku itu mereka baca. (tidakbaku)
  • Buku itu dibaca oleh Amin.(baku)
  • Buku itu Amin baca. (tidakbaku)
c. Penyisipan kata diantara dua kata dari sebuah frase terikat
Contoh:
  • Buku itu saya akan baca. (tidakbaku)
  • Buku itu akan saya baca. (baku)
  • Masalah itu kami sudah bahas kemarin. (tidakbaku)
  • Masalah itu sudah kami bahas kemarin. (baku) 
5.Kesalahan berbaha sayang berhubungan dengan pemakaian / penghilangan kata tugas Kesalahan pemakaian kata tugas dalam berbahasa Indonesia ada tiga macam : 
a. Ketidak tepatan kata tugas yang digunakan 
Contoh : Hasil dari pada penelitian itu sangat memuaskan.(tidaktepat) Hasil penelitian itu sangat memuaskan. (baku).
b. Pemakaian kata tugas yang tidak diperlukan.
Contoh :
  • Kepada mahasiswa yang terlambat tidak diizinkan mengikuti kuliah. (tidakbaku)
  • Mahasiswa yang terlambat tidak diizinkan mengikuti kuliah. (baku)
c.Penghilangan kata tugas yang diperlukan
Contoh :
  • Dia bekerja sesuai peraturan yang berlaku. (tidakbaku)
  • Dia bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku. (baku)

6.Pengaruh bahasa daerah
Pengaruh bahasa daerah yang menimbulkan kesalahan dalam berbahasa Indonesia ada dua macam.
a. Pengaruh dalam pembentukan kata, yaitu pemakaian awalan ke- (yang seharusnya awalan ter-) dan penghilangan imbuhan.
Contoh pemakaian awalan ke- :
  • ketabrak, kepukul (tidakbaku)
  • tertabrak, terpukul (baku)
Contoh penghilangan imbuhan:
  • Hasil penelitiannya beda dengan hasil penelitian saya. (tidakbaku)
  • Hasil penelitiannya berbeda dengan hasil penelitian saya. (baku)
  • Pegawai itu dipindah keluar kota. (tidakbaku)
  • Pegawai itu dipindahkan keluar kota. (baku)
b. Pengaruh dalam susunan kalimat, penggunaan akhiran –nya
Contoh :
  • Rumahnya Pak Ahmad sangat besar. (tidakbaku)
  • Rumah Pak Ahmad sangat besar. (baku)
7.Pengaruh bahasa asing
Pengaruh bahasa asing yang menimbulkan kesalahan dalam berbahasa Indonesia ialah pemakaian kata tugas (kata ganti penghubung) seperti: yang mana, dimana, kepada siapa.

Contoh :
  • Baju yang mana baru saya beli, telah sobek. (tidakbaku)
  • Baju yang baru saya beli, telah sobek. (baku)
  • Bandung dimana saya dilahirkan sekarang sangat panas. (tidakbaku)
  • Bandung tempat saya dilahirkan sekarang sangat panas. (baku)
  • Orang kepada siapa ia berlindung, kemarin meninggal dunia.(tidakbaku)
  • Orang tempat ia berlindung, kemarin meninggal dunia.(baku)


 Sumber : http://ajusniye.multiply.com/journal/item/1
               http://akhmadbaijuri.blogspot.com/2010/05/perbedaan-karya-ilmiah-non-ilmiah.html
               http://jeff-bhirink.blogspot.com/2010/11/unsur-unsur-kalimat-kalimat-adalah.html
sumber :  http://arifkurnia24.blogspot.com/2010/11/macam-macam-alinea.html
               http://organisasi.org/pengertian_paragraf_alinea_dan_bagian_dari_paragraf_bahasa_indonesia
               http://nugrahantiwindi.blogspot.com/2010/04/persyaratan-paragraf-yang-baik-kepaduan.html
Sumber :  klik disini (http://ibuku.zxq.net)